Suatu hari, seorang anak lelaki berusia 4 tahun menerima sepucuk surat dari guru tempat ia belajar selama 3 bulan ini untuk disampaikan kepada ibunya. Ibunya sangat terkejut ketika membaca isi surat tersebut ; “Tommy, anak ibu sangat bodoh. Kami minta ibu mengeluarkannya dari sekolah”. Menyadari penilaian yang begitu buruk oleh seorang pendidik yang dialamatkan ke anaknya, sang ibu memutuskan untuk mengambil alih mengajari anaknya.
Waktu terus berlalu, sang anak lelaki telah berubah menjadi seorang pemuda jenius yang hingga akhir hidupnya berhasil memegang rekor sebagai penemu dengan paten terbanyak di dunia, yaitu sebanyak 1.093 penemuan atas namanya sendiri. Dialah sang jenius Thomas Alfa Edison.
Dibelahan dunia lainnya, ada seorang remaja sekolah menengah bernama Monty Robert. Dia adalah anak seorang pelatih kuda keliling yang menjual keahliannya dari kandang ke kandang, dari arena pacuan kuda satu ke yang lain, dari pertanian ke pertanian, dan dari peternakan ke peternakan, untuk melatih kuda. Hidupnya selalu berpindah-pindah.
Ketika ia duduk di kelas terakhir, satu kelasnya diminta oleh gurunya untuk menulis tentang cita-cita mereka. Malam itu dia menulis karangannya dengan menggebu-gebu, jari-jemarinya meliuk-liuk cepat, mengalir seperti air hujan yang jatuh dari loteng rumah sederhananya. Ia curahkan isi hati dan pikirannya sepanjang tujuh halaman yang bercerita bahwa suatu saat, ia akan memiliki sebuah peternakan kuda. Semuanya begitu rinci, detil bahkan lengkap dengan diagram peternakan seluas 80 hektar, lengkap dengan lokasi semua bangunan, kandang, dan arena pacu. Juga denah untuk rumah seluas 375 meter persegi yang akan dia bangun di tengah-tengah peternakan tadi.
Keesokan harinya dia menyerahkan karangannya itu kepada sang guru. Dua hari kemudian dia menerima kembali makalah itu dengan tertulis sebuah nilai F alias Gagal berukuran besar berwarna merah menyala. Ia pun bertanya: "Mengapa saya mendapat nilai F?" Guru itu berkata: "Ini mimpi yang sangat tidak realistis bagi remaja sepertimu. Kau tidak mempunyai uang. Kau berasal dari keluarga yang berpindah-pindah. Kau tidak mempunyai sumber daya. Memiliki tanah pertanian menuntut uang dalam jumlah besar sekali. Kau harus membeli tanah. Kau harus membeli kuda-kuda bermutu dan belakangan kau harus membayar mahal untuk pejantan unggulan. Tidak ada kemungkinan kau akan meraihnya."
Kemudian sang guru menambahkan: "Jika kau mau menulis ulang karangan ini dengan sasaran yang lebih realistis, barangkali saya dapat meninjau kembali nilaimu." Monty pulang dengan tertunduk lesu. Dia bertanya kepada ayahnya, apa yang harus diperbuatnya. Ayahnya berkata: "Nak, kau harus memecahkannya sendiri. Bagaimanapun, menurut Ayah ini keputusan yang penting sekali bagimu. Ini adalah tentang impianmu, tentang hidupmu" Seminggu kemudian, Monty Robert menyerahkan kembali karangannya. Apakah ia merubah karangannya? Tidak sama sekali. Kepada sang guru dia berkata: "Anda boleh tetap memberi saya nilai F, tetapi saya juga tetap akan mempertahankan mimpi saya."
Beberapa tahun kemudian, guru yang telah memberikan nilai F untuk impian seorang pemuda, telah membawa 30 siswa berkemah di sebuah tanah peternakan seluas 80 hektar dengan sebuah rumah indah seluas 375 meter. Ya.. itu adalah rumah dan tanah peternakan milik Monty Robert di San Ysidro. Didekat perapian rumahnya, terbingkai dengan indah 7 halaman karangannya sewaktu sekolah dengan nilai F masih terpampang jelas disana. Ketika berpamitan, mantan gurunya berkata: "Maaf, Monty, sekarang aku mengaku. Sewaktu menjadi gurumu, aku telah menjadi semacam perenggut mimpi. Selama karir mengajarku, aku telah merenggut mimpi-mimpi muridku sendiri, banyak sekali."
Sampai hari ini, pembunuh impian itu masih berkeliaran disekitar kita. Mereka bisa ada di rumah, di sekolah, di lingkungan pekerjaan atau tempat bermain. Bahkan mungkin kita sendiri adalah salah satu dari pembunuh itu. Berapa banyak perkataan dan perlakuan kita yang bisa membunuh masa depan seseorang? bahkan masa depan anak kita sendiri? Marilah kita selamatkan masa depan mereka dengan kesadaran dan kebijaksanaan yang telah alam anugerahkan buat kita.
Bagi yang merasa impiannya dibunuh, mari kita belajar seperti Thomas maupun Monty Robert untuk tidak menyerah begitu saja terhadap perkataan atau penilaian orang lain. Jadikan itu cambuk semangat bahwa suatu saat kita bisa mewujudkannya, kita buktikan kepada diri sendiri dan juga kepada mereka bahwa mereka salah menilai kemampuan kita.
Sumber : http://www.cic-community.com/index.php/85-pages/146-sang-pembunuh-masa-depan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar